Ciptakan Uang tanpa
Uang adalah Kisah Nyata Entrepreneur Kegigihan Ir Ciputra menyebarkan
“virus” entrepreneurship (kewirausahaan) mendapatpenghargaan dari Menteri
Koperasidan Usaha Kecil Menengah.
“Tidak cukup
kebijakan lintas instansi di pemerintah pusat saja. Pemerintah daerah mulai
gubernur, bupati dan walikota juga harus connect. Menindaklanjuti lebih serius
dan fokus,” tegas penyebar “virus” entrepreneur ke seluruh Indonesia ini
Koneksitas pemerintah daerah dengan pemerintah pusat ini, jelas Pak Ci, supaya
program entrepreneurship menggelinding lebih cepal. Bila baru bergerak, hanya
menanti perintah dari pemerintah pusat, bisa lama. “Mengalir tidak membasahi
semua dan menetes pun akan lama,” ungkap Pak Ci yang dinobatkan sebagai
Entrepreneur of The Year 2007 versi “Ernst Young” Ernst Young.
Entrepreneurship yang
menyentuh semua lapisan, jelas Pak Ci, kalau mengubah anak pegawai negeri
(PNS), petani di pegunungan, dan nelayan di laut menjadi lebih baik. Keluar
dari kemiskinan tanpa harus menjadi pegawaidan bekerja ke luar negeri sebagai
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Bangsa Indonesia
begitu besar dengan penduduk ratusan juta. Namun, data BPS 2010 mengungkapkan,
angka pengangguran mencapai tujuh juta lebih. Bila tidak ada pekerjaan, maka
dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Tindak kriminal dan kekerasan menjadi
luapanorang yang ingin bertahan hidup karena lapar. “Tidak tahu harus berbuat
akhirnya mencuri. Miskin dan tidak bisa sekolah membuat orang bisa berbuat
mengerikan,” tukasnya.
Karena itu, pesan Pak
Ci, gerakan entrepreneurship menjadi solusi untuk keluar dari kemiskinan.
Termasuk melatih orang agar mengubah mental menjadi pencipta lapangan kerja.
Memberikan kail bagus. Tapi itu saja tidak cukup. Memberi ilmu pengetahuan jauh
lebih penting. Dengan ilmu orang bisa membuat kail bahkan umpan. Seorang
entrepreneur, kata Pak Ci, tidak hanya seorang kreator dan inovator. Namun juga
. mampu mencipta sesuatu yang bernilai dan berguna bagi masyarakat.
Pak Ci berpesan bahwa
ndak ada kata terlambat untuk menjadi entrepreneur. “Telat belum berarti gagal.
Memulai lebih cepat itu baik. Jadi entrepreneur tidak harus menunggu lulus
kuliah,” sarannnya.
Ciputra mengingatkan,
entrepreneur tidak hanya bisnis. Namun ada government entrepreneur, academition
dan social entrepreneur. Pemerintah yang entrepreneur dapat mendorong melalui
kebijakan. Begitu pula akademisi yang harus memasukkan kurikulum entrepreneur
dalam pendidikan sekolah mulai TK hingga perguruan tinggi.
Sedangkan bagi
seorang social entre-preneur, dapat melakukan banyak kegiatan untuk masyarakat.
Contohnya, mengubah masyarakat dari lingkungan kumuh menjadi lebih berguna.
“Percuma saja bila Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah bila masyarakat
sebagai sumber daya manusianya tidak memiliki mental entrepreneur,” ujar dia.
Seorang entrepreneur
mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas dan dari kemiskinan jadi
kelimpahan. Pertanyaannya, dapatkah menjadi entrepreneur sukses tanpa uang?
“Saya bersama-sama jutaan entrepreneur lain di seluruh dunia percaya bahwa itu
bukan kemustahilan. Menciptakan uang tanpa uang adalah kisah nyata para
entrepreneur sejati,” jelas Pak Ciputra
No comments:
Post a Comment